Hasil UN untuk Perbaikan Kualitas Pendidikan
Sebagaimana
jadwal yang sudah direncanakan sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) telah menyelenggarakan Rapat Koordinasi Serah Terima
Hasil Ujian Nasional (UN) jenjang SMA/MA/SMK kepada semua Dinas Pendidikan
Provinsi pada hari Senin tanggal 30 April 2018 di Ruang Sidang Graha I, Jakarta.
Pada
kesempatan yang terpisah sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Muhadjir Effendy menanggapi maraknya pemberitaan di media bahwa
akan terjadi penurunan nilai UN, “Soal-soal UN yang menuntut penalaran sudah
harus diperkenalkan kepada para peserta didik. Soal-soal penalaran pada ujian
nasional sebetulnya hanya sekitar 10-15 persen dari total semuanya. Ini
dilakukan sebagai ikhtiar untuk menyesuaikan secara bertahap standar kita
dengan standar internasional, antara lain seperti standar Program for
International Student Assessment (PISA),” jelas Mendikbud.
Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendikbud, Totok Suprayitno, mengatakan
bahwa secara umum terjadi penurunan rerata nilai UN, terutama untuk mapel
matematika, fisika, dan kimia. Berdasarkan analisis, ada indikasi kuat bahwa
penurunan rerata nilai UN disebabkan oleh dua faktor. Pertama, faktor perubahan
norma. Untuk UN 2018, memang dimasukkan beberapa soal dengan standar yang lebih
tinggi dibanding UN Tahun 2017. Kesulitan ini tampak dialami oleh siswa2 di 50%
sekolah, ditunjukkan dengan rerata nilai UN yang menurun. Tapi nilai UN di 50%
sekolah lainnya justru mengalami kenaikan. Secara agregat faktor kesulitan soal
ini tampaknya berpengaruh kecil. Kedua, pengaruh lebih besar adalah faktor
perubahan moda ujian, dari UNKP ke UNBK. Sekolah-sekolah yang semula UNKP dan
berubah ke UNBK mengalami penurunan nilai (terkoreksi) sangat signifikan.
Sekolah-sekolah dengan indeks integritas rendah (IIUN 2017) secara rerata
terkoreksi nilainya (menurun) sebesar 39 poin. Bahkan ada beberapa sekolah yang
rerata nilai UN-nya turun hampir 50 poin.
Pada
kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kemendikbud, Hamid Muhammad, menjelaskan bahwa sikap kritis siswa dalam menilai
soal-soal yang diujikan merupakan sinyal untuk memfasilitasi dan mengarahkan
sikap kritis tersebut menjadi kompetensi yang andal, sehingga siswa Indonesia
menjadi siswa yang mampu berpikir secara kritis, kreatif untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Untuk dapat menyelesaikan soal penalaran siswa tidak
hanya perlu menguasai konsep tetapi juga perlu mengolah informasi yang
disajikan untuk menemukan penyelesaian yang sesuai.
“Hasil
UN ini selanjutnya akan dianalisis untuk mendiagnosa topik-topik yang harus
diperbaiki di setiap sekolah untuk setiap mata pelajaran UN. Hasil analisis
tersebut akan didistribusikan ke semua Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti
dengan program-program peningkatan mutu pembelajaran,” tambah Totok Suprayitno
Hamid
Muhammad, yang sekaligus juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas Direktur
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, menekankan bahwa hal terpenting yang
perlu dilakukan dalam proses asesmen adalah menindaklanjuti hasil diagnosisnya.
Dia berjanji akan tetap menjadikan hasil diagnosis ini sebagai salah satu acuan
dalam pembuatan kebijakan peningkatan proses pembelajaran. Satu hal positif
yang perlu dicatata adalah bahwa hasil UN tahun ini semakin memberikan gambaran
apa adanya tentang salah satu hasil belajar para siswa. Distorsi-distorsi
pengukuran akan capaian siswa makin dapat dikurangi sehingga hasil UN tersebut
bisa dijadikan pijakan yang lebih meyakinkan untuk perbaikan kualitas
pendidikan ke depan,” tambah Hamid.
Ketua
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Bambang Suryadi, menambahkan bahwa
penyelenggaraan UN 2018 sudah berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan
Prosedur Operasi Standar (POS) UN yang telah ditetapkan. Hasil pemantauan yang
telah dilaksanakan di lapangan menunjukkan bahwa prinsip-prinsip penyenggaraan
UN baik UNBK maupun UNKP telah berjalan baik, manajemen waktu juga berjalan
maksimal, dimana untuk UNBK diselenggarakan dalam tiga sesi sedangkan UNKP
diselenggarakan dalam satu sesi. “Sebagian besar siswa SMA (93%) dan siswa SMK
(98%) telah melaksanakan UNBK, dengan relatif tertib dan lancar. Sebanyak 14,1%
SMA, 20,3% MA, dan 12,2% SMK dari sekolah pelaksana UN menyelenggarakan
UNBK dengan skema resource sharing,” jelas Bambang.
Kepala
Pusat Penilaian Pendidikan, Moch. Abduh, menerangkan bahwa pada tahun 2018,
Indonesia menorehkan sejarah berhasil menyelanggarakan UN Berbasis Komputer
kepada hampir 6 juta siswa yang tersebar di 59.467 sekolah. UN tahun 2018 juga
menjadi awal mula penggunaan format soal isian singkat.
Sementara
itu, Dadang Sudiyarto, Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan
menjelaskan, “Pelaksanaan UNKP Tahun 2018 jenjang SMA/MA dan SMK diikuti oleh
197.606 peserta, yaitu 9 % siswa SMA/MA dan 2 % siswa SMK. Hasil UNKP Tahun
2018 terjadi perbaikan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) dari sekolah
yang IIUN rendah naik menjadi IIUN tinggi, yaitu sekitar 40% dari sekolah
dengan IIUN lebih dari 80%. Keadaan ini menunjukkan adanya perbaikan
pelaksanaan UNKP.
Melalui
penyelenggaraan UN ini, Mendikbud berharap kepada semua pihak terkait agar
menjadikan hasil analisis UN sebagai salah satu alat refleksi dan acuan untuk
peningkatan mutu pendidikan. “Saya berharap kepada Kepala Dinas Pendidikan,
guru, kepala sekolah, dan pengawas menjadikan hasil analisis ujian sebagai
“cermin” yang jujur, dan yang terpenting dapat menjadi pendorong perbaikan mutu
pembelajaran,” pesan Mendikbud.
Jakarta, 8 Mei 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
0 Response to "Hasil UN untuk Perbaikan Kualitas Pendidikan"