Bimbel Online Rumah Belajar


Bimbingan belajar alias bimbel online menjadi gaya baru di kalangan pelajar pada era serba digital saat ini. Belajar tidak lagi harus bertatap muka langsung dengan pengajar atau tutor. Hanya cukup menggunakan gadget, semua materi, soal-soal pelajaran, dan pembahasannya lengkap tersedia.

Tak ayal, banyak perusahaan start up melirik bisnis tersebut. Mereka pun berlomba-lomba menghadirkan aplikasi maupun situs bimbingan belajar online dengan konten yang menarik. Promosi dan peluncuran bimbel online juga digeber secara besar-besaran demi menarik minat para pelajar.

Mulai dari menggandeng sekolah swasta ternama hingga memasang iklan di televisi, dan youtube. Konten pembelajaran dibuat paket-paket gratis maupun berbayar. Tak ayal, banyak pelajar yang kemudian beralih memilih berlangganan berbayar lantaran ingin mendapat konten yang lebih lengkap.

Di tengah ingar-bingar bimbel online berbayar tersebut, nyatanya, pemerintah juga memiliki layanan bimbel online bernama "Rumah Belajar". Gratis pula.

Sayang, bimbel online yang digarap Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom Kemendikbud) itu kurang populer di kalangan masyarakat.

"Memang, dari sisi promosi memang kurang dibandingkan bimbel online swasta yang gaungnya lebih besar. Karena, tujuan mereka komersil, sedangkan, produk pemerintah ini hanya layanan publik," ucap Kepala Pustekkom Kemendikbud Gogot Suharwoto saat dihubungi Jawa Pos.

Rumah Belajar merupakan portal belajar online yang menyediakan bahan belajar, fasilitas komunikasi serta interaksi antar siswa dan guru, maupun antar komunitas belajar. Dengan slogan belajar untuk semua, Rumah Belajar tidak hanya untuk siswa. Melainkan, guru, tenaga kependidikan, maupun masyarakat umum.

Rumah Belajar memungkinkan siswa dan guru berinteraksi dan melakukan proses pembelajaran secara virtual tanpa terbatas waktu dan lokasi. Guru bisa membuka kelas maya dan siswa bisa mendaftar untuk memilih belajar dengan guru mata pelajaran tertentu.

"Semua guru yang terdaftar dalam NPTK bisa membuka kelas maya dan sebelumnya harus terdaftar sebagai pemilik akun di situs rumahbelajar.go.id," ujarnya. Rumah Belajar, lanjut Gogot, juga sudah digunakan bagi guru yang mengajar di program mengajar terdepan, terluar, dan tertinggal.

Gogot mengklaim, bahwa fasilitas layanan serta konten Rumah Belajar jauh lebih lengkap dari bimbel online swasta. Menyediakan e-book sekolah, e-laboratorium, peta budaya, serta karya sastra dan bahasa.

Selain itu, bimbel online yang dirilis pada tahun 2013 itu tidak hanya mengajarkan siswa untuk menyelesaikan soal-soal tes. Tapi, juga mengajarkan siswa untuk berpikir tingkat tinggi, membangun logika, dan mampu memecahkan masalah dari suatu konsep pembelajaran.

"Karena tujuan pendidikan di Indonesia ini tidak hanya yang penting nilai bagus. Namun, lebih bagaimana membentuk manusia yang lebih kritis, sopan dan santun secara perilaku, dan memanfaatlan ilmu pengetahuan di kehidupan sehari-hari," urai Gogot.

Tak hanya itu, Rumah Belajar juga menampilkan karya guru dan komunitas belajar untuk menunjang pembelajaran sekaligus memperkaya wawasan pelajar. "Jadi kami menyiapkan tempat bagi guru dan komunitas untuk berbagi untuk menambah bahan belajar juga," katanya.

Gogot tidak terlalu khawatir dengan maraknya bimbel online swasta. Menurutnya, dari 52 juta siswa di Indonesia hanya 20 persen yang berlangganan bimbel online swasta berbayar.

"Sedangkan, portal Rumah Belajar sudah dikunjungi oleh 9.561.268 orang. Tapi, ini juga pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk menggenjot lagi promosi agar lebih populer," tandasnya. 
Bimbel online Rumah Belajar
Dirilis Maret 2013
Pengunjung: 9.561.268 orang
Pengunjung berdasarkan usia:
-18-24 tahun: 40,5 persen
-25-34 tahun: 25 persen
-35-44 tahun: 13,3 persen
-45 tahun ke atas: 21,2 persen
Member:
-55.317 sekolah
-120.705 guru
-343.999 siswa
Keterangan: Dari 52 juta siswa baru 20 persen yang berlangganan bimbel online swasta berbayar. Sekitar 10.400.000 siswa.
Sumber : jpnn.com

0 Response to "Bimbel Online Rumah Belajar"